Seseorang yang baru datang ditanya temannya “dari mana…?”, jawaban yang keluar sederhana “ dari makan bakso, enak.” Sambil terus melanjutkan langkah ke ruang kerjanya.
Tidak begitu lama seorang yang lain juga datang dengan wajah berseri-seri, teman yang ini bertanya juga pada yang baru datang tersebut ,“dari mana…?” dengan penuh semangat yang baru masuk menjawab:
“Saya dari warung bakso yang ada di jalan ampera, gila yang ngantre banyak sekali, banyak orang yang pakai mobil juga ngantri di situ, kalau jam segini ternyata yang beli bakso banyak sekali, dan rasanya wuih…. kalau kata yang suka di Tv rasa baksonya bener bener mak yuuuuusssssssss, kuahnya seger banget, dan berapa kali saya makan disitu , saya selalu minta tambah kuah karena benar benar segar. Pokoknya nggak ada duanya deh. Kalau nggak percaya sekarang juga saya antarkan. Saya nggak pernah bosan makan bakso di situ, suer pokoknya uenak banget….”
Dari cerita di atas, menurut anda kira kira bakso mana yang lebih enak…?
orang yang datang pertama atau orang yang ke dua….?
……………………….
Padahal orang pertama dan orang ke dua makan di tempat yang sama.
Kita kadang “terjebak” dengan kata kata. Orang pertama gaya berceritanya amat sangat minim sementara orang kedua begitu semangat menceritakan dan mempunyai kecendurungan berlebihan.
Kita juga sering kali terjebak kata kata manis , melakukan pekerjaan yang relative sama, tetapi ceritanya begitu hebohnya hingga semua orang mempunyai kesan bahwa pekerjaannya begitu banyak. Dan tidak jarang pula kita sering memvonis seseorang yang enggan bercerita tetapi bekerja.
